Teori warna merupakan salah satu takrif awam yang silam berguna takdirnya dipahami intern latar apa lagi. Karena warna adalah salah satu unsur benda nan sangat diapresiasi dengan mudah maka itu publik. Warna yaitu riuk satu emphasis maupun point of interest alami dari semua partikel benda nan akan langsung dirasakan keberadaannya. Oleh karena itu, manfaat dan fungsi dari mempelajarinya telah tidak perlu dipertanyakan juga. Mempelajarinya akan mendedahkan berbagai ruang gerak baru n domestik proses kreasi. Saking kuatnya unsur warna, n domestik kacamata permukaan pengkajian seni dan desain corak dianggap distraktif. Sehingga teori warna biasanya diperkenalkan belakangan. Program penajaman seni lukis biasanya akan memasyarakatkan warna pasca- pesuluh mempelajari berbagai unsur tidak, utamanya unsur terlarang-terang/value. Karena mempelajari warna malar-malar dahulu umumnya akan mengurangi pemahan pesuluh terhadap unsur ilegal-pendar. Teori warna di sini mengungkap proses terjadinya dandan. Mengungkap proses terjadinya warna akan memberi perspektif baru buat kita dalam mengapresiasi warna. Teori warna nan biasa digunakan puas studi desain dan seni rupa color harmony, dimensi warna, dll dapat disimak di sini Perpaduan Warna Harmonis menggunakan Teori Rona & Seni Signifikasi Warna Signifikasi warna yaitu kesan yang diperoleh mata dari cahaya yang dipantulkan maka itu benda-benda yang dikenai cahaya tersebut. Benda yang dipantuli cahaya mengabsorsi sebagian alias seluruh corak nan memantul. Sehingga pada momen hanya warna merah yang dipantulkan dan dandan tidak diabsorsi, maka benda tersebut menjadi warna biram. Intern kacamata seni rupa dan desain, pengertian corak menurut Prawira merupakan āWarna termasuk salah satu unsur kegantengan privat seni dan desain selain elemen-unsur visual yang lainā Sulasmi Darma Prawira, 1989, hlm. 4. Lebih lanjut lagi, Sadjiman Ebdi Sanyoto 2005, hlm. 9 mendefinisikan warna secara fisik dan serebral. Warna secara raga adalah sifat kilap yang dipancarkan, padahal secara psikologis misal adegan dari pengalaman indera rukyah. Terwalak tiga elemen yang penting bermula denotasi warna. Anasir tersebut ialah benda, alat penglihatan dan unsur cahaya. Secara mahajana, pengertian corak dapat didefinisikan sebagai unsur cahaya yang dipantulkan oleh sebuah benda. Kemudian diintrepetasikan oleh mata bersendikan kilap yang mengenai benda tersebut. Selain itu parasan benda yang dipantuli cahaya juga dapat dipengaruhi oleh pigmen dandan, baik secara alami maupun taksiran turunan cat. Sudut Pandang Rona Menurut Sanyoto āWarna dibagi menjadi dua menurut asal kejadian warna, ialah dandan additive dan subtractiveā Sadjiman Ebdi Sanyoto, 2005, hlm. 17ā19. Warna additive ialah corak yang berasal dari sinar dan disebut cak cakupan. Sedangkan warna subtractive adalah warna yang berasal berpunca bahan dan disebut pigmen. Peristiwa warna tersebut diperkuat dengan hasil temuan Newton Sulasmi Darma Prawira, 1989 26 yang menelanjangi bahwa warna adalah fenomena alam berupa cuaca yang mengandung warna spektrum maupun pelangi dan pigmen. Menurut Prawira 1989, hlm. 31, pigmen yakni pencelup yang sagu betawi dalam enceran pelarut. Teori Warna Penyebab Terjadinya Dandan Warna adalah sesuatu yang tampak biasa saja di waktu ini. Kita dapat melihat warna dimana saja internal kehidupan sehari-hari. Berbeda dengan mutakhir, di masa tinggal warna sangatlah berat. Terutama rona biru, ketika satu-satunya bahan organik yang dapat membuat pigmen tersebut adalah moluska nan lewat langka. Di masa itu belum ada yang memafhumi bagaimana rona terbentuk. Sistematika pengelompokan rona juga masih belum ditemukan. Masih hanya beralaskan pada apa yang dilihat dan dirasakan semata. Baru lega masa Newtonian, misteri dandan terpecahkan. Sir Isaac Newton ialah pionir yang sudah lalu berhasil menguak proses terbentuknya warna secara ilmiah. Sebelum menuju proses pembentukan corak Newton, ada baiknya kita menelusuri terlebih dahulu proses teoretikus lain yang telah mencoba dan gagal mengungkap misterinya. Teori Rona Pra Newton Signifikansi rona di sekarang sebetulnya sudah tidak relevan. Doang boleh menjadi pembelajaran bagaimana pemikir di masa lampau mencoba untuk melolong misteri warna. Aristoteles berpendapat bahwa terang dan ilegal bila berpadu akan menghasilkan warna. Bahkan pemikir hebat seperti Aristoteles saja terkecoh makanya terlarang-terang. Lagi-lagi menjelaskan bahwa mempelajari gelap-terang sebelum warna sangatlah terdepan. Lingkaran Corak Aristoteles Francois dāAguilonās 1613 menyulut teori percampuran warna. Kerumahtanggaan teorinya warna ceria dan hitam adalah warna primer, sirah, kuning dan biru ialah warna dengan singgasana yang tinggi. Disini juga dapat dicermati bahwa pendapatnya mengenai hitam dan putih yakni warna masih terbelenggu oleh kebiasan gelap-terang dan dandan. Hitam dan tulus bukanlah corak, melainkan varian dari gelap dan terang value. Teori Warna Francois Dāagulionās Teori Dandan Newton 1642-1727 Pembahasan adapun keberadaan warna secara ilmiah dimulai berpokok temuan Sir Isaac Newton yang dijelaskan dalam bukunya āOpticsā1704. Sira mengungkapkan bahwa dandan itu terletak dalam semarak. Cahayalah yang menjadi sumber warna kerjakan setiap benda. Dugaan tersebut didasarkan pada penemuannya dalam sebuah eksperimen. Dalam sebuah ruang liar, seberkas cahaya kudus matahari disorotkan melampaui gua kecil dan menerpa sebuah prisma. Ternyata cahaya nirmala matahari yang kelihatan tidak berwarna bagi mata kita itu sebetulnya bercelup, momen dipecahkan oleh prisma menjadi susunan cahaya berwarna yang tampak sebagai cahaya merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu. Kontak tersebut kemudian dikenal sebagai susunan cak cakupan intern kirana. Jikalau radius binar tersebut dikumpulkan dan diloloskan kembali melalui sebuah prisma, panah itu kembali menjadi panah putih. Dengan demikian, kirana jati tersebut selayaknya yaitu gabungan cerah berwarna di dalam spektrum. Lingkup corak lega prisma, Contoh eksperimen corak Newton Beralaskan eksperimen itu, newton mengijmalkan bahwa benda-benda sama sekali lain berwarna tanpa ada sinar yang menyentuhnya. Sebuah benda terpandang kuning karena fotoreseptor penangkap/penerima cahaya puas alat penglihatan hamba allah yang menangkap cahaya hijau yang dipantulkan oleh benda tersebut. Memanjatkan perkara tampak merah enggak karena apel tersebut berwarna merah, tetapi karena apel tersebut hanya memantulkan cahaya merah dan menyerap warna cahaya lainnya dalam cak cakupan. Lingkaran Dandan Newton nan belum contoh. Lingkaran warna yang mutakadim disempurnakan maka dari itu Brewster dapat dilihat disini Perpaduan Warna Harmonis menggunakan Teori Warna & Seni Nur yang dipantulkan makanya apel hanya kirana berma, cahaya lainnya diserap. Maka warna yang tampak sreg pengamat adalah merah. Benda berwarna putih karena benda tersebut memantulkan semua cahaya radius yang menimpanya dan tidak satupun diserapnya. Sebuah benda tertentang menjadi hitam jika benda tersebut menyerap semua zarah warna cahaya dalam spektrum dan tidak satu pun dipantulkan atau benda tersebut kurang mendapatkan binar. Kirana adalah satu-satunya sumber corak. Benda-benda nan tampak berwarna semuanya hanyalah pemantul, penyerap dan penerus warna-corak dalam cahaya. Oleh, saat kita membagi warna puas suatu benda istilah lebih tepatnya adalah kita melipat siasat pantul dan daya serap mulai sejak benda tersebut melangkahi pigmen. Teori Corak Young 1801 dan Helmholtz 1850 Thomas Young adalah seorang akademikus berkebangsaan Inggris nan mula-mula kelihatannya menjatah dukungan nan masuk akal terhadap pernyataan Newton tentang teori warna. Asumsi Sir Isaac Newton akan halnya penglihatan, cahaya dan keberadaan warna-rona benda diuji pun. Young membenarkan sejumlah postulat- dugaan Newton, namun Young menolak pernyataan Newton yang menyatakan bahwa alat penglihatan memiliki banyak reseptor lakukan mengamini bermacam varian dandan. Tahun 1801 Thomas Young mengemukakan hipotesa bahwa alat penglihatan cucu adam belaka memiliki tiga reseptor penerima cahaya, yaitu reseptor nan peka terhadap cahaya biru, bangkang dan hijau. Seluruh penglihatan corak didasarkan pada tiga reseptor tersebut. Sayangnya Young intim tidak mengerjakan eksperimen apapun untuk membuktikan pernyataannya. Sendiri ahli optik Jerman Hermann von Helmholtz menjelaskan dan menghidupkan kembali kebenaran hipotesa Young. Hasil usaha bersama itu kemudian terkenal dengan āTeori Young-Helmholtzā maupun āTeori Penglihatan Tiga Warnaā. Teori tersebut juga biasa disebut āTeori Tiga Reseptorā. Melalui ketiga reseptor, kita dapat melihat semua varian rona dan membeda- bedakannya. Jika cahaya menimpa benda, maka benda tersebut akan memantulkan salah satu alias kian cahaya nan ada di dalam spektrum. Detik cahaya yang dipantulkan tersebut sampai ke mata, maka reseptor- reseptor puas mata akan terangsang. Bisa kaprikornus namun keseleo satunya, dua, ataupun ketiganya sekaligus. Jikalau cahaya spektakuler menjejak ain, maka reseptor yang paham terhadap birulah nan akan terangsang, sehingga warna nan terbantah adalah biru. Jika reseptor hijau yang terangsang, maka warna baru yang terlihat, dan detik reseptor berma yang terangsang maka warna nan tampak adalah merah. Eksperimen Dandan James Clerck Maxwell 1855-1861 Penciptaan Young dan Helmholtz telah membuktikan bahwa terwalak hubungan antar warna cahaya yang datang ke netra dengan dandan nan diterima maka dari itu dalang. Hal itu merupakan dukungan awal terhadap asumsi Newton adapun cahaya dan warna-warna benda. Teori Newton menyatakan bahwa benda yang kelihatan bercat sebetulnya hanyalah penerima, penyerap, dan penerus warna panah yang ada privat spektrum. James Clerck Maxwell membentuk srangkaian percobaan dengan menunggangi proyektor dan penapis penyaring cahaya berwarna. Tiga buah proyektor yang sudah diberi filter warna yang berbeda disorotkan ke layar kudrati dalam ruang gelap. Penumpukkan dua atau tiga cahaya bercat ternyata menghasilkan warna nan lain. Misalnya pengumpulan sorot baru dan merah menghasilkan corak kuning. Hasil experimen Maxwell menyimpulkan bahwa warna merah, plonco dan biru ialah warna- warna primer primary color intern pencampuran warna sorot. Dandan primer adalah warna- rona yang tidak dapat dihasilkan melalui pencampuran warna apapun. Sementara melalui dandan- warna primer ini, semua warna lainnya dapat diciptakan. Hasil eksperimen tiga proyektor yang didemonstrasikan Maxwell bisa ditunjukan dengan gambar berikut ini Model Corak RGB Aditif Warna Kilat Aditif Eksperimen Maxwell yakni model yang lewat bagus untuk melincirkan kesadaran kita akan halnya bagaimana reseptor mata menangkap cahaya, sehingga mengasihkan rukyah bercelup di inisiator. Doang pencampuran rona pada cahaya dan bahan pewarna pigmen/cat menunjukkan gejala nan farik. Sungguhpun begitu kita tetap dapat memperkirakan adanya hubungan yang terkait satu sama bukan. Warna kuning dalam terang ternyata dapat dihasilkan dengan menambahkan dandan cahaya mentah pada cahaya merah. Mandu memproduksi warna kilat baru dengan mencampurkan dua atau lebih dandan sorot disebut pencampuran warna secara aditif penambahan. Pencampuran rona secara aditif belaka dapat dipergunakan kerumahtanggaan pencampuran corak seri, hasilnya berbeda dengan warna incaran/pigmen. Warna Bahan Substraktif Sedangkan pencampuran warna incaran/pigmen bukan mengalami gejala yang seimbang. Karena lega hakikatnya saat kita mencelup benda dengan cat yang senyatanya terjadi adalah kita sedang mengatur kancing pantul dan absorsi dandan pada benda tersebut. Warna tetap dihasilkan maka dari itu cahaya yang menyembat pada benda yang diberi cat. Warna ahmar dihasilkan dengan mencampur rona primer magenta hue merah dan kuning hue baru. Sebaur dua atau lebih cat rona pada sebetulnya merupakan mengurangi intensitas dan variasi rona cahaya yang terpantul makanya cat tersebut. Pencampuran dandan melalui bahan cat seperti ini kemudian disebut dengan pencampuran warna secara substraktif pengkhitanan. Kamil Dandan CMYK substraktif Referensi Sanyoto, Sadjiman Ebdi. akar-dasar Tata Rupa & Desain. Yogyakarta Arti Marcapada Intaran. Prawira, Sulasmi Darma. 1989. Rona seumpama salah satu atom seni & desain. Jakarta P2LPTK. Departement of Art, Benson,
ContohSoal 3. 5 Suatu gelombang elektromagnetik berfrekuensi 200 MHz dengan amplituda medan listrik sebesar Eo = 100 V/m yang sedang menjalar mengenai lapisan perak tipis ( R = 1, R=1, Ļ = 61, 7 MS/m) setebal d = 5 μm. Hitung amplituda medan listrik E 3 setelah menembus lapisan tipis tersebut.Teori warna merupakan salah satu pengetahuan umum yang sangat bermanfaat jika dipahami dalam bidang apa pun. Karena warna adalah salah satu unsur benda yang sangat diapresiasi dengan mudah oleh publik. Warna merupakan salah satu emphasis atau point of interest alami dari semua elemen benda yang akan langsung dirasakan keberadaannya. Oleh karena itu, manfaat dan fungsi dari mempelajarinya sudah tidak perlu dipertanyakan lagi. Mempelajarinya akan membuka berbagai ruang gerak baru dalam proses kreasi. Saking kuatnya unsur warna, dalam kacamata bidang studi seni dan desain warna dianggap distraktif. Sehingga teori warna biasanya diperkenalkan belakangan. Program studi seni lukis biasanya akan memperkenalkan warna setelah pelajar mempelajari berbagai unsur lain, utamanya unsur gelap-terang/value. Karena mempelajari warna terlebih dahulu biasanya akan mengurangi pemahan pelajar terhadap unsur gelap-terang. Teori warna di sini mengungkap proses terjadinya warna. Mengungkap proses terjadinya warna akan memberi perspektif baru bagi kita dalam mengapresiasi warna. Teori warna yang biasa digunakan pada studi desain dan seni rupa color harmony, dimensi warna, dll dapat disimak di sini Perpaduan Warna Harmonis menggunakan Teori Warna & Seni Pengertian Warna Pengertian warna adalah kesan yang diperoleh mata dari cahaya yang dipantulkan oleh benda-benda yang dikenai cahaya tersebut. Benda yang dipantuli cahaya mengabsorsi sebagian atau seluruh warna yang memantul. Sehingga pada saat hanya warna merah yang dipantulkan dan warna lain diabsorsi, maka benda tersebut menjadi warna merah. Dalam kacamata seni rupa dan desain, pengertian warna menurut Prawira adalah āWarna termasuk salah satu unsur keindahan dalam seni dan desain selain unsur-unsur visual yang lainā Sulasmi Darma Prawira, 1989, hlm. 4. Lebih lanjut lagi, Sadjiman Ebdi Sanyoto 2005, hlm. 9 mendefinisikan warna secara fisik dan psikologis. Warna secara fisik adalah sifat cahaya yang dipancarkan, sedangkan secara psikologis sebagai bagian dari pengalaman indera penglihatan. Terdapat tiga elemen yang penting dari pengertian warna. Unsur tersebut ialah benda, mata dan unsur cahaya. Secara umum, pengertian warna dapat didefinisikan sebagai unsur cahaya yang dipantulkan oleh sebuah benda. Kemudian diintrepetasikan oleh mata berdasarkan cahaya yang mengenai benda tersebut. Selain itu permukaan benda yang dipantuli cahaya juga dapat dipengaruhi oleh pigmen warna, baik secara alami maupun rekaan manusia cat. Sudut Pandang Warna Menurut Sanyoto āWarna dibagi menjadi dua menurut asal kejadian warna, yaitu warna additive dan subtractiveā Sadjiman Ebdi Sanyoto, 2005, hlm. 17ā19. Warna additive adalah warna yang berasal dari cahaya dan disebut spektrum. Sedangkan warna subtractive adalah warna yang berasal dari bahan dan disebut pigmen. Kejadian warna tersebut diperkuat dengan hasil temuan Newton Sulasmi Darma Prawira, 1989 26 yang mengungkapkan bahwa warna adalah fenomena alam berupa cahaya yang mengandung warna spektrum atau pelangi dan pigmen. Menurut Prawira 1989, hlm. 31, pigmen adalah pewarna yang larut dalam cairan pelarut. Warna adalah sesuatu yang tampak biasa saja di masa ini. Kita dapat melihat warna dimana saja dalam kehidupan sehari-hari. Berbeda dengan masa kini, di masa lalu warna sangatlah langka. Terutama warna biru, ketika satu-satunya bahan organik yang dapat membuat pigmen tersebut adalah kerang yang sangat langka. Di masa itu belum ada yang mengerti bagaimana warna terbentuk. Sistematika pengelompokan warna juga masih belum ditemukan. Masih hanya berdasarkan pada apa yang dilihat dan dirasakan semata. Baru pada masa Newtonian, misteri warna terpecahkan. Sir Isaac Newton adalah pionir yang telah berhasil menguak proses terbentuknya warna secara ilmiah. Sebelum menuju proses pembentukan warna Newton, ada baiknya kita menelusuri terlebih dahulu proses pemikir lain yang telah mencoba dan gagal mengungkap misterinya. Teori Warna Pra Newton Pengertian warna di masa ini sebetulnya sudah tidak relevan. Namun dapat menjadi pembelajaran bagaimana pemikir di masa lalu mencoba untuk menguak misteri warna. Aristoteles berpendapat bahwa terang dan gelap bila berpadu akan menghasilkan warna. Bahkan pemikir hebat seperti Aristoteles saja terkecoh oleh gelap-terang. Lagi-lagi menjelaskan bahwa mempelajari gelap-terang sebelum warna sangatlah penting. Lingkaran Warna AristotelesFrancois dāAguilonās 1613 mencetuskan teori percampuran warna. Dalam teorinya warna putih dan hitam adalah warna primer, merah, kuning dan biru adalah warna dengan kedudukan yang tinggi. Disini juga dapat dicermati bahwa pendapatnya mengenai hitam dan putih adalah warna masih terbelenggu oleh kebiasan gelap-terang dan warna. Hitam dan putih bukanlah warna, melainkan varian dari gelap dan terang value. Teori Warna Francois DāagulionāsTeori Warna Newton 1642-1727 Pembahasan mengenai keberadaan warna secara ilmiah dimulai dari temuan Sir Isaac Newton yang dijelaskan dalam bukunya āOpticsā1704. Dia mengungkapkan bahwa warna itu terdapat dalam cahaya. Cahayalah yang menjadi sumber warna bagi setiap benda. Asumsi tersebut didasarkan pada penemuannya dalam sebuah eksperimen. Dalam sebuah ruang gelap, seberkas cahaya putih matahari disorotkan melalui lubang kecil dan menerpa sebuah prisma. Ternyata cahaya putih matahari yang tampak tidak berwarna bagi mata kita itu sebetulnya berwarna, ketika dipecahkan oleh prisma menjadi susunan cahaya berwarna yang tampak sebagai cahaya merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu. Susunan tersebut kemudian dikenal sebagai susunan spektrum dalam cahaya. Jika spektrum cahaya tersebut dikumpulkan dan diloloskan kembali melalui sebuah prisma, cahaya itu kembali menjadi cahaya putih. Dengan demikian, cahaya putih tersebut sesungguhnya adalah gabungan cahaya berwarna di dalam spektrum. Spektrum warna pada prisma, Contoh eksperimen warna NewtonBerdasarkan eksperimen itu, newton menyimpulkan bahwa benda-benda sama sekali tidak berwarna tanpa ada cahaya yang menyentuhnya. Sebuah benda tampak kuning karena fotoreseptor penangkap/penerima cahaya pada mata manusia yang menangkap cahaya hijau yang dipantulkan oleh benda tersebut. Apel tampak merah bukan karena apel tersebut berwarna merah, tetapi karena apel tersebut hanya memantulkan cahaya merah dan menyerap warna cahaya lainnya dalam spektrum. Lingkaran Warna Newton yang belum sempurna. Lingkaran warna yang telah disempurnakan oleh Brewster dapat dilihat disini Perpaduan Warna Harmonis menggunakan Teori Warna & SeniCahaya yang dipantulkan oleh apel hanya cahaya merah, cahaya lainnya diserap. Maka warna yang tampak pada pengamat adalah merah. Benda berwarna putih karena benda tersebut memantulkan semua cahaya spektrum yang menimpanya dan tidak satupun diserapnya. Sebuah benda tampak menjadi hitam jika benda tersebut menyerap semua unsur warna cahaya dalam spektrum dan tidak satu pun dipantulkan atau benda tersebut kurang mendapatkan cahaya. Cahaya adalah satu-satunya sumber warna. Benda-benda yang tampak berwarna semuanya hanyalah pemantul, penyerap dan penerus warna-warna dalam cahaya. Maka dari itu, saat kita memberi warna pada suatu benda istilah lebih tepatnya adalah kita memanipulasi daya pantul dan daya serap dari benda tersebut melalui pigmen. Teori Warna Young 1801 dan Helmholtz 1850 Thomas Young adalah seorang ilmuwan berkebangsaan Inggris yang pertama kali memberi dukungan yang masuk akal terhadap pernyataan Newton tentang teori warna. Asumsi Sir Isaac Newton tentang penglihatan, cahaya dan keberadaan warna-warna benda diuji kembali. Young membenarkan beberapa asumsi- asumsi Newton, namun Young menolak pernyataan Newton yang menyatakan bahwa mata memiliki banyak reseptor untuk menerima bermacam varian warna. Tahun 1801 Thomas Young mengemukakan hipotesa bahwa mata manusia hanya memiliki tiga reseptor penerima cahaya, yaitu reseptor yang peka terhadap cahaya biru, merah dan hijau. Seluruh penglihatan warna didasarkan pada tiga reseptor tersebut. Sayangnya Young hampir tidak melakukan eksperimen apapun untuk membuktikan pernyataannya. Seorang ahli optik Jerman Hermann von Helmholtz menjelaskan dan menghidupkan kembali kebenaran hipotesa Young. Hasil usaha bersama itu kemudian terkenal dengan āTeori Young-Helmholtzā atau āTeori Penglihatan Tiga Warnaā. Teori tersebut juga biasa disebut āTeori Tiga Reseptorā. Melalui ketiga reseptor, kita dapat melihat semua varian warna dan membeda- bedakannya. Jika cahaya menimpa benda, maka benda tersebut akan memantulkan salah satu atau lebih cahaya yang ada di dalam spektrum. Ketika cahaya yang dipantulkan tersebut sampai ke mata, maka reseptor- reseptor pada mata akan terangsang. Bisa jadi hanya salah satunya, dua, atau ketiganya sekaligus. Jika cahaya biru sampai ke mata, maka reseptor yang peka terhadap birulah yang akan terangsang, sehingga warna yang tampak adalah biru. Jika reseptor hijau yang terangsang, maka warna hijau yang tampak, dan saat reseptor merah yang terangsang maka warna yang tampak adalah merah. Eksperimen Warna James Clerck Maxwell 1855-1861 Penemuan Young dan Helmholtz telah membuktikan bahwa terdapat hubungan antar warna cahaya yang datang ke mata dengan warna yang diterima oleh otak. Hal itu merupakan dukungan awal terhadap asumsi Newton mengenai cahaya dan warna-warna benda. Teori Newton menyatakan bahwa benda yang tampak berwarna sebetulnya hanyalah penerima, penyerap, dan penerus warna cahaya yang ada dalam spektrum. James Clerck Maxwell membentuk srangkaian percobaan dengan menggunakan proyektor dan penapis filter cahaya berwarna. Tiga buah proyektor yang telah diberi filter warna yang berbeda disorotkan ke layar putih dalam ruang gelap. Penumpukkan dua atau tiga cahaya berwarna ternyata menghasilkan warna yang lain. Misalnya penumpukan cahaya hijau dan merah menghasilkan warna kuning. Hasil experimen Maxwell menyimpulkan bahwa warna merah, hijau dan biru merupakan warna- warna primer primary color dalam pencampuran warna cahaya. Warna primer adalah warna- warna yang tidak dapat dihasilkan melalui pencampuran warna apapun. Sementara melalui warna- warna primer ini, semua warna lainnya dapat diciptakan. Hasil eksperimen tiga proyektor yang didemonstrasikan Maxwell dapat ditunjukan dengan gambar berikut ini Model Warna RGB AditifWarna Cahaya Aditif Eksperimen Maxwell merupakan model yang sangat bagus untuk memudahkan pemahaman kita tentang bagaimana reseptor mata menangkap cahaya, sehingga memberikan penglihatan berwarna di otak. Namun pencampuran warna pada cahaya dan bahan pewarna pigmen/cat menunjukkan gejala yang berbeda. Meskipun begitu kita tetap dapat memperkirakan adanya hubungan yang terkait satu sama lain. Warna kuning dalam cahaya ternyata dapat dihasilkan dengan menambahkan warna cahaya hijau pada cahaya merah. Cara memproduksi warna cahaya baru dengan mencampurkan dua atau lebih warna cahaya disebut pencampuran warna secara aditif penambahan. Pencampuran warna secara aditif hanya dapat dipergunakan dalam pencampuran warna cahaya, hasilnya berbeda dengan warna bahan/pigmen. Warna Bahan Substraktif Sementara itu pencampuran warna bahan/pigmen tidak mengalami gejala yang sama. Karena pada hakikatnya saat kita mewarnai benda dengan cat yang sebenarnya terjadi adalah kita sedang mengatur daya pantul dan absorsi warna pada benda tersebut. Warna tetap dihasilkan oleh cahaya yang memantul pada benda yang diberi cat. Warna merah dihasilkan dengan mencampur warna primer magenta hue merah dan kuning hue hijau. Mencampurkan dua atau lebih cat warna pada sebetulnya adalah mengurangi intensitas dan jenis warna cahaya yang terpantul oleh cat tersebut. Pencampuran warna melalui bahan cat seperti ini kemudian disebut dengan pencampuran warna secara substraktif pengurangan. Model Warna CMYK substraktifReferensi Sanyoto, Sadjiman Ebdi. 2005. Dasar-dasar Tata Rupa & Desain. Yogyakarta Arti Bumi Intaran. Prawira, Sulasmi Darma. 1989. Warna sebagai salah satu unsur seni & desain. Jakarta P2LPTK. Departement of Art, Benson,
a5OW.